Minggu, 23 Desember 2012

Surat untuk Sahabat

Tanganku lebih hebat daripada mulutku.
Itulah sebabnya aku lebih suka menceritakan semuanya lewat tulisanku.
Bukannya aku tak mau menceritakannya padamu.
Tapi sungguh sulit rasanya mulutku bersuara jika mataku lebih dulu berbicara.

Sungguh.
Aku menganggap kalian sahabat-sahabatku yang berharga.
Hanya saja, berapa kali pun aku mencoba, kata-kataku yang keluar benar-benar tak tertata.
Bahkan dalam doa pun aku tak mampu bersuara.

Lidahku kelu.
Tenggorokanku tercekat.
Suaraku menjadi tak berguna.

Selalu...
di saat aku terluka maupun bahagia.

Karena itu kawan, aku minta maaf padamu...
Aku benar-benar tak bermaksud membohongimu.
Saat kau tanya apa aku bahagia? aku tak bisa menjawab sepenuhnya.
Saat kau tanya apa aku terluka? aku pun menutupinya dengan dusta.

Maafkan aku kawan...
Bukannya aku tak percaya.
Hanya saja aku tak sanggup berkata,
Aku tak ingin kau melihatku terluka...
hidup di dunia

Karena itu kawan...
Tetaplah berdiri di sana,
sekalipun aku tak pernah bercerita.
Tetaplah tertawa bahagia,
agar aku pun merasakan hal yang sama,
sekalipun senyumku sudah tak ada.


0 komentar:

Posting Komentar